BAB
I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Diberlakukannya Undang-undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen,dan Permenpan RB no.16 tahun 2009 (tahun 2013),tentang jabatan
fungsional guru dan angka kreditnya menunjukkan bahwa guru merupakan jabatan
profesional. Terlebih lagi di dalam pasal 14 dan 15 Undang-undang tersebut
dinyatakan bahwa guru berhak memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup
minimum dan jaminan kesejahteraan sosial, meliputi gaji pokok, tunjangan yang
melekat pada gaji, serta penghasilan lain berupa tunjangan profesi, tunjangan
fungsional, tunjangan khusus, dan maslahat tambahan yang terkait dengan
tugasnya sebagai guru yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas dasar
prestasi.
Bagi para guru pengakuan dan penghargaan di atas harus dijawab
dengan meningkatkan profesionalitasnya dalam bekerja. Guru tidak selayaknya
bekerja as usual seperti era sebelumnya, melainkan harus menunjukkan
kompetensi dan tanggung jawabnya yang tinggi. Setiap kinerjanya harus dapat
dipertanggung jawabkan baik secara publik maupun akademik. Untuk itu ia harus
memiliki landasan teoretik atau keilmuan yang mapan dalam melaksanakan tugas
mengajarnya maupun membimbing peserta didik.
Dalam kegiatan pembelajaran, seorang guru sudah pasti akan
berhadapan dengan berbagai persoalan baik menyangkut peserta didik, subject
matter, maupun metode pembelajaran. Sebagai seorang profesional, guru harus
mampu membuat prefessional judgement yang didasarkan pada data
sekaligus teori yang akurat. Selain itu guru juga harus melakukan peningkatan
mutu pembelajaran secara terus menerus agar prestasi belajar peserta didik
optimal. Untuk mewujudkan hal tersebut guru harus dibekali dengan kemampuan
meneliti, khususnya Penelitian Tindakan Kelas.
Cara
yang digunakan untuk mengeksplorasi informasi untuk memperoleh variasi
perbaikan alternatif atas dasar aspek parktis dalam hal ini adalah memperbaiki
suatu proses pembelajaran, salah satunya dapat dilakukan dengan penelitian
tindakan kelas. Menurut Sukardi (2006: 1) kelas pada prinsipnya adalah
penegasan yang mencerminkan tempat penelitian berlangsung. Penelitian tindakan
di bidang pendidikan ini settingnya dapat di kelas, sekolah, atau tempat lain
yang berkaitan dengan kegiatan sekolah.
Seorang
guru sebagai pendidik professional dan berhubungan secara langsung dengan
proses kegiatan sekolah, mempunyai kewajiban atas hal tersebut. Keprofesionalan
guru tersebut menurut Aqib (2006: 10) dituntut untuk memiliki kemampuan pribadi
dan kemampuan sosial. Di antara tugas pokok guru professional yang langsung
terkait dengan penelitian tindakan kelas adalah melaksanakan pengembangan
profesi, yaitu kemampuan melaksanakan penelitian sederhana dalam rangka
meningkatkan kualitas professional guru, khususnya kualitas pembelajaran.
Penelitian
tindakan kelas (PTK) pada dasawarsa terakhir ini, semakin lebih dikenal oleh
para guru dan para pendidik, serta para pengambil kebijakan pendidikan karena
penelitian tindakan kelas memang mempunyai kelebihan nyata, yaitu mampu
memberikan ide, perlakuan atau treatment nyata yang berupa tindakan
perbaikan praktis yang bisa dirasakan langsung oleh para responden yaitu guru
atau siswa yang diteliti.
Perbaikan
praktis tersebut, salah satunya adalah perbaikan pembelajaran dalam bidang
bahasa. Pembelajaran bidang kebahasaan, baik untuk bahasa Indonesia, bahasa Jawa,
maupun bahasa asing, khususnya bahasa Inggris, pada umumnya mempunyai
permasalahan yang sama. Banyak sekali permasalahan di bidang kebahasaan dalam
pembelajaran di sekolah dasar. Permasalahan itu terkait keterampilan berbahasa
siswa SD yang meliputi keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Guru
sebagai pendidik diharapkan dapat menjadi lebih peka terhadap permasalahan
pembelajaran, khususnya pembelajaran bahasa di kelas sehingga pada akhirnya
dapat mengidentifikasikan permasalahan, menyusun rancangan dan solusi atau
memberikan alternatif pemecahannya melalui penelitian tindakan kelas.
Langkah-langkah
yang harus dilakukan para guru dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas
untuk memecahkan permasalahan kebahasaan siswa SD, sama dengan PTK dalam bidang
ilmu yang lain. Hanya saja saja treatment atau tindakan yang akan
diterapkan tentu saja sesuai dengan kekhasan bidang ilmu bahasa.
2. Rumusan
Masalah
2.1.Pengertian
penelitian tindakan kelas
2.2.Karakteristik
penelitian tindakan kelas
2.3.Tujuan
dan manfaat penelitian tindakan kelas
2.4.Prinsip
penelitian tindakan kelas
2.5.langkah-langkah
umum dalam PTK
2.6.Prosedur
pelaksanaan penelitian tindakan kelas
2.7.Cara
membuat proposal dan laporan hasil penelitian
3. Tujuan
Adapun tujuan yang terkait dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
3.1.
Mahasiswa mengetahui pengertian penelitian tindakan kelas
3.2.Mahasiswa
mengetahui pentingnya penelitian tindakan kelas
3.3.Mahasiswa
mengetahui karakteristik penelitian tindakan kelas
3.4.
Mahasiswa mengetahui Prinsip penelitian tindakan kelas
3.5.Mahasiswa
mengetahui langkah-langkah umum dalam PTK
3.6.
Mahasiswa mengetahui Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas
3.7.Mahasiswa
mengetahui Cara membuat proposal dan laporan hasil penelitian
Bab
II
Pembahasan
1.
PENGERTIAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Secara definitif action research is the way groups of people can
organize the conditions under which they can learn from their own experiences
and make their experiences accessible to others (Kemmis dan Mc Taggart,
dalam Sukardi, 2006:2). Atau penelitian tindakan adalah cara sekelompok orang
dalam hal ini guru, dapat mengorganisasi kondisi dimana mereka dapat belajar
dari pengalaman mereka sendiri dan membuat pengalaman tersebut diakses oleh
yang lain.
Sejalan dengan pendapat tersebut, Sumarno (2006: 1) mengemukakan
bahwa penelitian tindakan kelas, pada khususnya, menawarkan pendekatan
perubahan yang langsung dapat dilihat tingkat keberhasilannya, dapat besar,
dapat kecil, dan dapat pula kurang berhasil. Kelebihan lain jika dibandingkan
dengan pendekatan lainnya adalah bahwa di dalam penelitian tindakan kelas ada
fleksibilitas, implementasi sebuah rancangan selalu diikuti dengan pencermatan
sedini mungkin apakah mampu memberikan perubahan yang diharapkan dimana kelemahannya, dan setelah itu sangat mungkin
segera dilakukan perbaikan atau penyempurnaan.
Berdasarkan pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
adalah penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru dengan tujuan memperbaiki
mutu praktik pembelajaran di kelasnya. PTK berfokus pada proses
belajar-mengajar yang terjadi di kelas, dilakukan pada situasi
alami.
Tindakan tersebut merupakan suatu kegiatan yang sengaja dirancang
untuk dilakukan oleh siswa dengan tujuan tertentu. Oleh karena tujuan
PTK adalah memperbaiki mutu pembelajaran, maka kegiatan yang dilakukan haruslah
berupa tindakan yang diyakini lebih baik dari kegiatan-kegiatan yang biasa
dilakukan. Dengan kata lain, tindakan yang diberikan kepada siswa harus
terlihat kreatif dan inovatif.
Hal yang khusus pada tindakan tersebut adalah adanya hal yang
berbeda dari yang biasa dilakukan guru dalam praktik pembelajaran sebelumnya,
karena yang sudah dilakukan dipandang belum memberikan hasil yang
memuaskan.
Untuk mengetahui keberhasilan tindakan tersebut maka harus dilakukan
secara berulang-ulang, agar diperoleh keyakinan akan keampuhan dari
tindakan. Jika dibandingkan dengan eksperimen adalah demikian. Eksperimen
melihat bagaimana efektivitas perlakukan, sedangkan PTK melihat keterlaksanaan
dan kelancaran proses tindakan. Oleh karena itu yang dipentingkan dalam PTK
adalah proses, sedangkan hasil tindakan merupakan konsekuensi logis dari
ampuhnya tindakan. Pengulangan langkah dari setiap awal sampai akhir seperti
itu disebut siklus. Untuk KTI guru, PTK sedikitnya dilaksanakan dua
siklus.
Karena makna “kelas” dalam PTK adalah sekelompok peserta didik
yang sedang belajar bersama dalam waktu yang bersamaan, serta guru yang sedang
memfasilitasi kegiatan belajar, maka permasalahan PTK cukup luas. Permasalahan
tersebut di antaranya adalah sebagai berikut.
- Masalah belajar siswa di
sekolah, seperti misalnya permasalahan pembelajaran di kelas,
kesalahan-kesalahan dalam pembelajaran, miskonsepsi, misstrategi, dan lain
sebagainya.
- Pengembangan profesionalisme
guru dalam rangka peningkatan mutu perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi
program dan hasil pembelajaran.
- Pengelolaan dan pengendalian,
misalnya pengenalan teknik modifikasi perilaku, teknik memotivasi, dan
teknik pengembangan potensi diri.
- Desain dan strategi
pembelajaran di kelas, misalnya masalah pengelolaan dan prosedur
pembelajaran, implementasi dan inovasi penggunaan metode pembelajaran
(misalnya penggantian metode mengajar tradisional dengan metode mengajar
baru), interaksi di dalam kelas (misalnya penggunaan stretegi pengajaran
yang didasarkan pada pendekatan tertentu).
- Penanaman
dan pengembangan sikap serta nilai-nilai, misalnya pengembangan pola
berpikir ilmiah dalam diri siswa.
- Alat
bantu, media dan sumber belajar, misalnya penggunaan media perpustakaan,
dan sumber belajar di dalam/luar kelas.
- Sistem assesment atau
evaluasi proses dan hasil pembelajaran, seperti misalnya masalah evaluasi
awal dan hasil pembelajaran, pengembangan instrumen penilaian berbasis
kompetensi, atau penggunaan alat, metode evaluasi tertentu
- Masalah kurikulum, misalnya
implementasi KBK, urutan penyajian meteri pokok, interaksi antara guru
dengan siswa, interaksi antara siswa dengan materi pelajaran, atau
interaksi antara siswa dengan lingkungan belajar.
2.
KARAKTERISTIK
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Penelitian tindakan kelas ini mempunyai
karakteristik yang berbeda dengan metode penelitian konvensional seperti
misalnya penelitian deskripstif, expost facto, experiment, dan penelitian quasi
experiment yang posisinya banyak digunakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan.
Karakteristik penting dalam penelitian tindakan kelas tersebut, menurut Sukardi
(2006: 5) adalah:
a.
Problem
yang dipecahkan merupakan persoalan praktis yang dihadapi peneliti dalam
kehidupan profesi sehari-hari.
b.
Peneliti
memberikan perlakuan atau treatment yang berupa tindakan terencana untuk
memecahkan permasalahan dan sekaligus meningkatkan kualitas yang dapat
dirasakan implikasinya oleh subjek yang diteliti.
c.
Para
guru dan siswa adalah orang yang berpartisipasi langsung dalam proses belajar
mengajar dan sebagai sumber utama dalam proses penelitian tindakan kelas
d.
Langkah-langkah
penelitian yang direncakan selalu dalam bentuk siklus atau tingkatan atau daur
yang memungkinkan terjadinya peningkatan perbaikan dalam setiap siklusnya.
Setiap siklusnya terdiri: perencanaan, tindakan, observasi, dan reflektif.
e.
Adanya
langkah berpikir reflektif yang dilakukan oleh para peneliti baik sesudah
maupun sebelum tindakan dilakukan.
Dari karakteristik tersebut, dapat
disimpulkan bahwa para pelaku praktisi harus mempunyai keyakinan atau self
reflektif bahwa ada problem yang harus dipecahkan, penelitian tindakan
kelas berdaur ulang, mempunyai prinsip kolaboratif dan partisipatif yang akan
memperbaiki praktik, dengan pendekatan alamiah.
PTK merupakan bentuk penelitian tindakan yang diterapkan dalam
aktivitas pembelajaran di kelas. Ciri khusus PTK adalah adanya tindakan nyata
yang dilakukan sebagai bagian dari kegiatan penelitian dalam rangka memecahkan
masalah pembelajaran di kelas. Terdapat sejumlah
karakteristik yang merupakan keunikan PTK dibandingkan dengan penelitian pada
umumnya, antara lain sebagai berikut.
a.
PTK
merupakan kegiatan yang berupaya memecahkan masalah pembelajaran, dengan
dukungan ilmiah.
b.
PTK
merupakan bagian penting upaya pengembangan profesi guru melalui aktivitas
berpikir kritis dan sistematis serta membelajarkan guru untuk menulis dan
membuat catatan.
c.
Persoalahan
yang dipermasalahkan dalam PTK berasal dari adanya permasalahan nyata dan
aktual (yang terjadi saat ini) dalam pembelajaran di kelas.
d.
PTK dimulai
dari permasalahan yang sederhana, nyata, jelas, dan tajam mengenai hal-hal yang
terjadi di dalam kelas.
e.
Adanya
kolaborasi (kerjasama) antara praktisi (guru dan kepala sekolah) dengan
peneliti dalam hal pemahaman, kesepakatan tentang permasalahan, pengambilan
keputusan yang akhirnya melahirkan kesamaan tentang tindakan (action) .
Kolaborasi
(kerjasama) antara praktisi (guru) dan peneliti (dosen atau widyaiswara)
merupakan salah satu ciri khas PTK. Melalui kolaborasi ini mereka bersama
menggali dengan mengkaji permasalahan nyata yang dihadapi oleh guru dan atau
siswa. Sebagai penelitian yang bersifat kolaboratif, harus secara jelas
diketahui peranan dan tugas guru dengan peneliti. Dalam PTK kolaboratif,
kedudukan peneliti setara dengan guru, dalam arti masing-masing mempunyai peran
serta tanggung jawab yang saling membutuhkan dan saling melengkapi. Peran
kolaborasi turut menentukan keberhasilan PTK terutama pada kegiatan
mendiagnosis masalah, merencanakan tindakan, melaksanakan penelitian (tindakan,
observasi, merekam data, evaluasi, dan refleksi), menganalisis data,
menyeminarkan hasil, dan menyusun laporan hasil.
Sering terjadi PTK dilaksanakan sendiri oleh guru. Guru melakukan
PTK tanpa kerjasama dengan peneliti. Dalam hal ini guru berperan sebagai
peneliti sekaigus sebagai praktisi pembelajaran. Guru profesional seharusnya
mampu mengajar sekaligus meneliti. Dalam keadaan seperti ini, maka guru
melakukan pengamatan terhadap diri sendiri ketika sedang melakukan tindakan
(Suharsimi, 2002). Untuk itu guru harus mampu melakukan pengamatan diri secara
obyektif agar kelemahan yang terjadi dapat terlihat dengan wajar. Melalui PTK, guru sebagai peneliti dapat:
a.
mengkaji/ meneliti sendiri praktik pembelajarannya;
b.
melakukan PTK dengan tanpa mengganggu tugasnya;
c.
mengkaji permasalahan yang dialami dan yang sangat dipahami;
d.
melakukan kegiatan guna mengembangkan profesionalismenya.
Dalam praktiknya, boleh saja guru melakukan PTK tanpa kolaborasi
dengan peneliti. Akan tetapi, perlu diperhatikan bahwa PTK yang dilakukan oleh
guru tanpa kolaborasi dengan peneliti mempunyai kelemahan karena para praktisi
umumnya (dalam hal ini adalah guru) kurang akrab dengan teknik-teknik dasar
penelitian. Di samping itu, guru pada umumnya tidak memiliki waktu untuk
melakukan penelitian sehubungan dengan padatnya kegiatan pengajaran yang
dilakukan. Akibatnya, hasil PTK menjadi kurang memenuhi kriteria validitas
metodologi ilmiah. Dalam konteks kegiatan pengawasan sekolah, seorang pengawas
sekolah dapat berperan sebagai kolaborator bagi guru dalam melaksanakan PTK.
3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN TINDAKAN
KELAS
Tujuan serta manfaat dilakukannya
penelitian tindakan kelas oleh para guru. Menurut Soenarto (2006: 1) bahwa
tujuan penelitian tindakan antara lain:
a.
meningkatkan
wawasan, pemahaman, dan keterampilan para guru tentang CAR (PTK),
b.
meningkatkan
kinerja guru,
c.
meningkatkan
efektivitas proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa.
Sejalan dengan pendapat tersebut, Sukardi
(2006: 6) mengemukakan tujuan penting dari penelitian tindakan kelas, yaitu:
a.
merupakan
salah satu strategi guna memperbaiki layanan dan hasil kerja,
b.
mengembangkan
rencana tindakan untuk meningkatkan apa yang telah dilakukan oleh guru,
c.
mewujudkan
proses penelitian yang mempunyai manfaat ganda, yaitu bagi peneliti dan pihak
subjek yang diteliti,
d.
timbulnya
kesadaran pada subjek yang diteliti sebagai akibat adanya tindakan nyata guna
meningkatkan kualitas,
Adapun manfaat hasil dari penelitian tindakan kelas
menurut Soenarto (2006: 2) antara lain :
a.
Bagi
guru sendiri, dapat menghayati apa yang telah dilakukan,
b.
bagi
sejawat,
c.
sebagai
usaha dalam pengembangan profesi dan ilmu (inovasi pendidikan dan
pembelajaran),
d.
selain
itu juga bermanfaat untuk publikasi.
Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang
terjadi di dalam kelas sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut
dapat dipecahkan melalui tindakan yang akan dilakukan. PTK juga bertujuan untuk
meningkatkan kegiatan nyata guru dalam pengembangan profesinya. Tujuan khusus
PTK adalah untuk mengatasi berbagai persoalan nyata guna memperbaiki atau meningkatkan
kualitas proses pembelajaran di kelas. Secara lebih rinci tujuan PTK antara lain:
a.
Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, dan hasil pendidikan dan
pembelajaran di sekolah.
- Membantu
guru dan tenaga kependidikan lainnya dalam mengatasi masalah pembelajaran
dan pendidikan di dalam dan luar kelas.
- Meningkatkan sikap profesional
pendidik dan tenaga kependidikan.
- Menumbuh-kembangkan budaya
akademik di lingkungan sekolah sehingga tercipta sikap proaktif di dalam
melakukan perbaikan mutu pendidikan/pembelajaran secara berkelanjutan.
Dengan
demikian output atau hasil yang diharapkan melalui PTK adalah
peningkatan atau perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran.
Dengan memperhatikan tujuan dan hasil yang dapat
dicapai melalui PTK, terdapat sejumlah manfaat PTK antara lain sebagai berikut.
a.
Menghasilkan laporan-laporan PTK yang dapat dijadikan bahan panduan bagi
para pendidik (guru) untuk meningkatkan kulitas pembelajaran. Selain itu
hasil-hasil PTK yang dilaporkan dapat dijadikan sebagai bahan artikel ilmiah
atau makalah untuk berbagai kepentingan antara lain disajikan dalam forum
ilmiah.
b.
Menumbuh kembangkan kebiasaan, budaya, dan atau
tradisi meneliti dan menulis artikel ilmiah di kalangan pendidik. Hal ini ikut mendukung professionalisme dan
karir pendidik.
c.
Mewujudkan kerja sama, kaloborasi, dan atau sinergi antarpendidik dalam
satu sekolah atau beberapa sekolah untuk bersama-sama memecahkan masalah dalam
pembelajaran dan meningkatkan mutu pembelajaran.
d.
Meningkatkan kemampuan pendidik dalam upaya menjabarkan kurikulum atau
program pembelajaran sesuai dengan tuntutan dan konteks lokal, sekolah, dan
kelas.
e.
Memupuk dan meningkatkan keterlibatan, kegairahan, ketertarikan,
kenyamanan, dan kesenangan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas.
Di samping itu, hasil belajar siswa pun dapat meningkat.
f.
Mendorong terwujudnya proses pembelajaran yang menarik, menantang, nyaman,
menyenangkan, serta melibatkan siswa karena strategi, metode, teknik, dan atau
media yang digunakan dalam pembelajaran demikian bervariasi dan dipilih secara
sungguh-sungguh.
4.
PRINSIP
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh guru
(peneliti) dalam pelaksanaan PTK yaitu sebagai berikut.
a. Pertama, tindakan
dan pengamatan dalam proses penelitian yang dilakukan tidak boleh mengganggu
atau menghambat kegiatan utama, misalnya bagi guru tidak boleh sampai
mengorbankan kegiatan pembelajaran. Siklus tindakan dilakukan dengan
mempertimbangkan keterlaksanaan kurikulum secara keseluruhan. Penetapan jumlah
siklus tindakan dalam PTK mengacu kepada penguasaan yang ditargetkan pada tahap
perencanaan, tidak mengacu kepada kejenuhan data/informasi sebagaimana
lazimnya dalam pengumpulan data penelitian kualitatif.
b. Kedua, masalah
penelitian yang dikaji merupakan masalah yang cukup merisaukannya dan berpijak
dari tanggung jawab profesional guru di kelas.
c. Ketiga, metode
pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang lama, sehingga
berpeluang menggangu proses pembelajaran.
d. Keempat, metodologi
yang digunakan harus terencana secara cermat dan taat azas PTK.
e. Kelima,
permasalahan atau topik yang dipilih harus benar–benar nyata, mendesak,
menarik, mampu ditangani, dan berada dalam jangkauan kewenangan peneliti untuk
melakukan perubahan.
f.
Keenam; peneliti harus tetap memperhatikan etika dan tata krama
penelitian serta rambu–rambu pelaksanaan yang berlaku umum.
g. Ketujuh; kegiatan
PTK pada dasarnya merupakan kegiatan yang menggunakan siklus berkelanjutan,
karena tuntutan terhadap peningkatan dan pengembangan akan menjadi tantangan
sepanjang waktu
5.
LANGKAH-LANGKAH UMUM DALAM PTK
Langkah-langkah umum dalam PTK bervariasi, namun ada beberapa
langkah pokok yang hendaknya diikuti dalam melakukan PTK.
Langkah-langkah tersebut yaitu :
1. Mengidentifikasi dan merumuskan
masalah
Dalam dunia
pendidikan, contoh-contoh garapan PTK antara lain adalah ;
1.
Metode mengajar dan strategi mengajar
2.
Prosedur evaluasi
3.
Penanaman maupun perubahan sikap dan nilai
4.
Pengembangan profesionalisme guru, misalnya meningkatkan keterampilan
mengajar, mengembangkan metode mengajar baru, menambahkan kemampuan analisis
pengelolaan dan kontrol
5.
Administrasi
Masalah yang dapat dilakukan PTK adalah
masalah harus:
a.
Riil,
artinya harus benar-benar dibawah kewenangan guru dalam memecahkan masalah itu
datang dari pengamatan/pengalaman guru sendiri melalui kegiatan sehari-hari.
b.
Masalah
harus problematic
c.
Masalah
harus memberi manfaat yang jelas
d.
Masalah PTK
harus feasible (dapat dipecahkan atau ditangani)
Setelah diidentifikasi, masalah dirumuskan. Masalah penelitian
tindakan adalah kesenjangan antara keadaan nyata dengan keadaan yang
diinginkan. Kesenjangan ini hendaknya dideskripsikan untuk dapat merumuskan
masalahnya. ldentifikasi masalah hendaknya dilakukan oleh para peserta
penelitian secara bersama-sama untuk menjamin pemahamannya dari awal. Beberapa
kriteria dalam menemukan masalah adalah:
1.
harus
penting dan signifikan bagi pengembangan lembaga atau program
2.
Masalah
hendaknya dalam jangkauan penanganan, baik dari segi biaya, tenaga maupun waktu
3.
Pernyataan
masalah harus mengungkap beberapa dimensi fundamental mengenai penyebab akibat,
sehingga pemecahannya dapat dilakukan berdasarkan hal-hal yang fundamental
pula, bukan atas dasar fenomena yang dangkal
2. Manganalisis masalah
Analisis masalah perlu dilakukan untuk mengetahui dimensi-dimensi
problem yang mungkin ada untuk mengidentifikasi aspek-aspek pentingnya, dan
untuk memberikan penekanan yang memadai. Analisis masalah melibatkan berbagai
jenis kegiatan, tergantung pada kesulitan yang ditunjukkan dalam pertanyaan
masalahny:a, analisis tentang sebab akibat tentang data penelitian yang
tersedia atau mengamankan data pendahuluan untuk melihat dalam penelitian
tentang masalahnya.
3. Merumuskan hipotesis tindakan.
Hipotesis dalam penelitian tindakan bukan hipotesis perbedaan atau
hubungan melainkan hipotesis tindakan. Rumusan hipotesis tindakan memuat
tindakan yang diusulkan untuk menghasilkan perbaikan yang diinginkan. Untuk
sampai pada pemilihan tindakan yang tepat, peneliti hendaknya mencari masukan
dari orang lain yang terkait sehingga wawasannya terbuka.
4. Membuat rencana tindakan dan
pemantauannya
Rencana tindakan hendaknya memuat
insformasi tentang hal-hal berikut:
1.
Apa yang
diperlukan untuk menentukan kemungkinan terpecahkannya masalah yang telah
dirumuskan
2.
alat dan
teknik yang diperlukan untuk mengumpulkan bukti/data
3.
perekaman/pencatatan
data dan pengolahannya
4.
Rencana untuk
melaksanakan tindakan dan evaluasi hasilnya
5. Melaksanakan tindakan dan mengamatinya
Dalam PTK bersifat fleksibel, artinya jika sesuatu memerlukan
perubahan itu mengandung tercapainya perbaikan. Pada saat tindakan dilaksanakan
itulah pengumpulan data dilakukan. Data mencakup Semua yang dilakukan oleh
siapa pun yang ada dalam situasi terkait, perubahan- perubahan yang perlu
dilakukan, pengaruh suatu kegiatan (sikap, motivasi, prestasi), pola interaksi
yang terjadi, dan proses yang berlangsung. Data dapat dikumpulkan melalui
teknik-teknik berikut : catatan anekdot, catatan interaksi, deskripsi perilaku
ekologis, analisis sosiometrrik, jadwal dan ceking interaksi, rekaman audio,
foto dan slide dan kinerja subjek penelitian pada kegiatan tersebut.
6.
Mengelola dan menafsirkan data
Semua data hendaknya diperiksa untuk
dijadikan landasan untuk melakukan refleksi. Perbandingan data
antarpencatat/peneliti atau antar teknik dilakukan untuk meningkatkan
obyektivitas. Untuk menentukan apakah perbaikan yang diinginkan telah terjadi,
data tentang perubahan perilaku, sikap, motivasi dan pengetahuan dianalisis.
Bila perubahan dicatat secara kualitatif hendaknya ditentukan
indikator-indikator deskreptifnya sehingga perubahan yang terjadi akan dapat
diperiksa oleh semua pihak. Hasil analisis disajikan secara kualitatif
deskriptif dan mungkin dalam aspek tertentu secara kuantitatif.
7. Melaporkan Hasil
Hasil analisis data dilaporkan, dan laporan
hendaknya mencakup ulasan lengkap tentang pelaksanaan tindakan yang telah
direncanakan bersama pelaksanaan pemantauannya serta perubahan yang terjadi.
6.
PROSEDUR PELAKSANAAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
PTK bukan hanya bertujuan mengungkapkan penyebab dari berbagai
permasalahan pembelajaran yang dihadapi seperti kesulitan siswa dalam
mempelajari pokok-pokok bahasan tertentu, tetapi yang lebih penting lagi adalah
memberikan pemecahan masalah berupa tindakan tertentu untuk meningkatkan
kualitas proses dan hasil belajar.
Prosedur pelaksanaan PTK yang meliputi penetapan fokus
permasalahan, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan yang diikuti dengan
kegiatan observasi, interpretasi, dan analisis, serta refleksi. Apabila
diperlukan, pata tahap selanjutnya disusun rencana tinda lanjut. Upaya tersebut
dilakukan secara berdaur membentuk suatu siklus. Langkah-langkah pokok yang
ditempuh pada siklus pertama dan siklus-siklus berikutnya. Sesudah menetapkan
pokok permasalahan secara mantap langkah berikutnya adalah:
a.
Perencanaan
tindakan
b.
Pelaksanaan
tindakan
c.
Pengumpulan
data (pengamatan/observasi)
d.
Refleksi
(analisis, dan interpretasi)
Setelah permasalahan ditetapkan, pelaksanaan PTK dimulai dengan
siklus pertama yang terdiri atas empat tahap kegiatan. Hasil refleksi siklus
pertama akan dapat diketahui keberhasilan atau hambatan dalam hasil tindakan,
peneliti kemudian mengidentifikasi permasalahannya untuk menentukan rancangan siklus
berikutnya. Kegiatan yang dilakukan dalam siklus kedua mempunyai berbagai
tambahan perbaikan dari tindakan sebelumnya yang ditunjukan untuk mengatasi
berbagai hambatan/ kesulitan yang ditemukan dalam siklus sebelumnya.
Dengan menyusun rancangan untuk siklus kedua, peneliti dapat
melanjutkan dengan tahap kegiatan-kegiatan seperti yang terjadi dalam siklus
pertama. Jika sudah selesai dengan siklus kedua dan peneliti belum merasa puas,
dapat dilanjutkan pada siklus ketiga, yang tahapannya sama dengan siklus
terdahulu. Tidak ada ketentuan tentang berapa siklus harus dilakukan, namun
setiap penelitian minimal dua siklus dan setiap siklus minimal tiga pertemuan.
1. Penetapan Fokus Permasalahan
Sebelum suatu masalah ditetapkan/dirumuskan, perlu ditumbuhkan
sikap dan keberanian untuk mempertanyakan, misalnya tentang kualitas proses dan
hasil pembelajaran yang dicapai selama ini. Sikap tersebut diperlukan untuk
menumbuhkan keinginan peneliti memperbaiki kualitas pembelajaran. Tahapan ini
disebut dengan tahapan merasakan adanya masalah. Jika dirasakan ada hal-hal
yang perlu diperbaiki dapat diajukan pertanyaan seperti di bawah ini.
- Apakah kompetensi awal siswa
yang mengikuti pelajaran cukup memadai?
- Apakah proses pembelajaran
yang dilakukan cukup efektif?
- Apakah sarana pembelajaran
cukup memadai?
- Apakah hasil pembelajaran
cukup berkualitas?
- Apakah suasana dalam proses
belajar mengajar kondusif?
Secara
umum karaktersitik suatu masalah yang layak diangkat untuk PTK adalah
sebagai berikut.
- Masalah itu menunjukkan suatu
kesenjangan antara teori dan fakta empirik yang dirasakan dalam proses
pembelajaran.
- Masalah tersebut memungkinkan
untuk dicari dan diidentifikasi faktor-faktor penyebabnya. Faktor-faktor
tersebut menjadi dasar atau landasan untuk menentukan alternatif solusi.
- Masalah tersebut sangat
merisaukan dan mendesak untuk segera diatasi.
- Adanya kemungkinan untuk
dicarikan alternatif solusi bagi masalah tersebut melalui tindakan nyata
yang dapat dilakukan guru/peneliti.
Dianjurkan
agar masalah yang dipilih untuk diangkat sebagai masalah PTK adalah yang
memiliki nilai yang bukan sesaat, tetapi memiliki nilai strategis bagi
keberhasilan pembelajaran lebih lanjut dan memungkinkan diperolehnya model tindakan
efektif yang dapat dipergunakan untuk memecahkan masalah serumpun.
Setelah memperoleh sederet
permasalahan melalui identifikasi, dilanjutkan dengan analisis untuk menentukan
kepentingan. Analisis terhadap masalah juga dimaksud untuk mengetahui proses
tindak lanjut perbaikan atau pemecahan yang dibutuhkan. Adapun yang dimaksud
dengan analisis masalah di sini ialah kajian terhadap permasalahan dilihat dari
segi kelayakannya.
Analisis masalah dipergunakan untuk merancang tindakan baik dalam
bentuk spesifikasi tindakan, keterlibatan peneliti, waktu dalam satu siklus,
indikator keberhasilan, peningkatan sebagai dampak tindakan, dan hal-hal yang
terkait lainya dengan pemecahan yang diajukan.
Pada tahap selanjutnya, masalah-masalah yang telah diidentifikasi
dan ditetapkan dirumuskan secara jelas, spesifik, dan operasional. Perumusan
masalah yang jelas memungkinkan peluang untuk pemilihan tindakan yang tepat.
Contoh rumusan masalah yang mengandung tindakan alternatif yang ditempuh antara
lain sebagai berikut.
a.
Apakah
Pendekatan bermain mampu meningkatkan keterampilan bermain Basket ?
b.
Apakah
strategi pembelajaran resiprokal dapat meningkatkan keterampilan bermain sepakbola?
c.
Apakah
penyampaian materi menggunakan audio visual dapat meningkatkan motivasi dan
ketrampilan siswa dalam pembelajaran bola voli ?
d.
Apakah
penggunaan metode pembelajaran pemecahan masalah mampu meningkatkan
kreativitas dan keterampilan siswa dalam pembelajaran bola Basket?
2. Perencanaan Tindakan
Setelah masalah dirumuskan secara operasional, perlu dirumuskan
alternatif tindakan yang akan diambil. Alternatif tindakan yang dapat diambil
dapat dirumuskan ke dalam bentuk hipotesis tindakan dalam arti dugaan mengenai
perubahan yang akan terjadi jika suatu tindakan dilakukan. Perencanaan tindakan
memanfaatkan secara optimal teori-teori yang relevan dan pengalaman yang
diperoleh di masa lalu dalam kegiatan pembelajaran/penelitian sebidang. Bentuk
umum rumusan hipotesis tindakan berbeda dengan hipotesis dalam penelitian formal.
Secara
rinci, tahapan perencanaan tindakan terdiri atas kegiatan- kegiatan sebagai
berikut.
- Menetapkan cara yang akan
dilakukan untuk menemukan jawaban, berupa rumusan masalah. Umumnya dimulai
dengan menetapkan berbagai alternatif tindakan pemecahan masalah, kemudian
dipilih tindakan yang paling menjanjikan hasil terbaik dan yang dapat
dilakukan guru.
- Mentukan cara yang tepat untuk
memperbaiki proses pembelajaran dengan menjabarkan indikator-indikator
keberhasilan.
- Membuat secara rinci rancangan
tindakan yang akan dilaksanakan mencakup; (a) Bagian isi mata pelajaran
dan bahan belajarnya; (b) Merancang strategi dan langkah pembelajaran
sesuai dengan tindakan yang dipilih; serta (c) Menetapkan indikator
ketercapaian dan menyusun instrumen pengumpul data yang sesuai.
3. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahapan ini, rancangan strategi dan
skenario pembelajaran yang terdiri dari
kegiatan awal, inti, dan penutup diterapkan. Skenario tindakan harus dilaksanakan secara benar tampak
berlaku wajar. Pada PTK yang dilakukan guru, pelaksanaan tindakan umumnya
dilakukan dalam waktu antara 2 sampai 3 bulan. Waktu tersebut dibutuhkan untuk
dapat menyelesaikan sajian beberapa pokok bahasan dan mata
pelajaran tertentu.
4. Pengamatan/Observasi dan Pengumpulan Data
Tahapan ini sebenarnya berjalan secara
bersamaan pada saat pelaksanaan tindakan. Pengamatan dilakukan pada waktu
tindakan sedang berjalan, keduanya berlangsung dalam waktu yang sama. Pada
tahapan ini, peneliti (atau guru apabila ia bertindak sebagai peneliti) melakukan
pengamatan dan mencatat semua hal-hal yang diperlukan dan terjadi selama
pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini dilakukan dengan
menggunakan format observasi/penilaian yang telah disusun. Termasuk juga
pengamatan secara cermat pelaksanaan skenario tindakan dari waktu ke waktu dan
dampaknya terhadap proses dan hasil belajar siswa. Data yang dikumpulkan dapat
berupa data kuantitatif (hasil tes, hasil kuis, presensi, nilai tugas, dan
lain-lain), tetapi juga data kualitatif yang menggambarkan keaktifan siswa,
atusias siswa, kerja sama yang dilakukan, dan lain-lain.
Instrumen yang umum dipakai adalah
a.
soal tes, kuis;
b.
rubrik;
c.
lembar observasi; dan
d.
catatan lapangan yang dipakai untuk memperoleh data secara obyektif yang
tidak dapat terekam melalui lembar observasi, seperti aktivitas siswa selama
pemberian tindakan berlangsung, reaksi mereka, atau pentunjuk lain yang dapat
dipakai sebagai bahan dalam analisis dan untuk keperluan refleksi.
5. Refleksi
Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan
yang telah dilakukan, berdasar data yang telah terkumpul, dan kemudian
melakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan yang berikutnya. Refleksi dalam
PTK mencakup analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan
yang dilakukan. Jika terdapat masalah dan proses refleksi, maka dilakukan
proses pengkajian ulang melalui siklus berikutnya yang meliputi kegiatan:
perencanaan ulang, tindakan ulang, dan pengamatan ulang sehingga permasalahan
yang dihadapi dapat teratasi.
7. PROPOSAL DAN LAPORAN HASIL PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A.
Proposal PTK
Penyusunan proposal atau usulan penelitian merupakan langkah awal
yang harus dilakukan peneliti sebelum memulai kegiatan PTK. Proposal PTK dapat
membantu memberi arah pada peneliti agar mampu menekan kesalahan yang mungkin
terjadi selama penelitian berlangsung. Proposal PTK harus dibuat sistematis dan
logis sehingga dapat dijadikan pedoman yang mudah diikuti. Proposal PTK adalah
gambaran terperinci tentang proses yang akan dilakukan peneliti (guru) untuk
memecahkan masalah dalam pelaksanaan tugas (pembelajaran).
Proposal atau sering disebut juga sebagai usulan penelitian adalah
suatu pernyataan tertulis mengenai rencana atau rancangan kegiatan penelitian
secara keseluruhan. Proposal PTK penelitian berkaitan dengan pernyataan atas
nilai penting dari suatu penelitian. Membuat proposal PTK bisa jadi merupakan
langkah yang paling sulit namun menyenangkan di dalam tahapan proses
penelitian. Sebagai panduan, berikut dijelaskan sistematika usulan PTK.
Untuk menyusun proposal penelitian tindakan kelas, peneliti perlu
mengikuti sistematika/format sebagai berikut.
a.
Judul
Penelitian
Judul hendaknya ditulis dengan singkat dan spesifik, tetapi cukup
jelas menggambarkan masalah yang akan diteliti dan tindakan untuk mengatasi
masalahnya. Contoh judul PTK:
1. Meningkatkan Ketrampilan
Teknik Dasar Dribling, Passing dan Shooting
dalam Permainan Bola Basket dengan Mengoptimalkan Penggunaan Media Audio Visual
dan Multi Media pada Siswa Kelas VII-SMP Negeri 7 Semarang.
2. Pendekatan bermain untuk meningkatkan Kesegaran Jasmani pada
siswa kelas V SD Negeri Sawahan II Ngemplak Boyolali tahun
2010/2011
b.
Pendahuluan
Pada bagian pendahuluan memuat faktor-faktor
berikut.
a.
Latar
Belakang Masalah
Penelitian dilakukan untuk memecahkan
permasalahan pendidikan dan pembelajaran. Kemukakan secara jelas bahwa masalah
yang akan diteliti merupakan sebuah masalah yang nyata terjadi di sekolah atau
bidang pendidikan sesuai profesi peneliti dengan disertai data faktualnya, dan
diagnosis dilakukan oleh guru dan/atau tenaga kependidikan lainnya di sekolah. Masalah
yang akan diteliti merupakan sebuah masalah penting dan mendesak untuk
dipecahkan, serta dapat dilaksanakan dilihat dari , segi ketersediaan waktu,
biaya, dan daya dukung lainnya yang dapat memperlancar penelitian tersebut.
b.
Identifikasi
Masalah
Peneliti diharapkan mencoba menganalisis akar
penyebab masalah dengan mengidentifikasi penyebab, yang kemudian memastikan
akar penyebab masalah yang mendekati kenyataan. Selanjutnya, mengajukan
alternatif pemecahan masalah serta tindakan yang akan dilakukan dan hasil
positif yang diantisipasi dengan mencoba mengajukan indikator keberhasilan
tindakan, dan cara pengukuran serta cara mengevaluasinya. Uraikan alternatif tindakan yang akan dilakukan untuk
memecahkan masalah. Pendekatan dan konsep yang digunakan untuk menjawab masalah
yang diteliti, hendaknya sesuai dengan kaidah penelitian tindakan kelas. Cara
pemecahan masalah ditentukan berdasarkan pada akar penyebab permasalahan dalam
bentuk tindakan (action).
Menurut Supardi (2006:137), langkah awal yang penting dalam
memecahkan masalah adalah mengenali masalah itu secara teliti agar dapat
ditemukan masalah sebenarnya. Identifikasi masalah perlu dilakukan oleh peneliti
dalam kegiatan pembelajaran di kelasnya. Lakukan identifikasi masalah
atau fakta negatif yang terjadi selama berlangsungnya proses pembelajaran.
Fakta ini dapat berasal dari siswa, guru, dokumen, lingkungan sekolah dan
lainnya. Dari sekian banyak fakta yang diperoleh, pilihlah masalah yang sangat
mendesak untuk segera diatasi
c.
Pembatasan
Masalah
Dari hasil identifikasi masalah pilih masalah yang dianggap paling
menghambat dalam kegiatan pembelajaran untuk dilakukan Penelitian Tindakan
Kelas(PTK) Juga tidak kalah penting untuk dipertimbangan
semua dukungan,peluang yang dapat memperlancar kegiatan penelitian.Dengan
pembatasan masalah apa yang akan diteliti lebih terfokus.
d.
Perumusan Masalah
Rumuskan masalah penelitian dalam bentuk
suatu rumusan penelitian tindakan kelas. Dalam perumusan masalah dapat
dijelaskan definisi,asumsi dan lingkup yang menjadi batasan penelitian. Setelah dibatasi masalah yang akan diteliti, selanjutnya
dirumuskan ke dalam rumusan masalah yang sebaiknya menggunakan kalimat tanya
dengan terlihat unsur what, when, who, where, how much and how many
secara jelas.
e.
Tujuan penelitian
Kemukakan secara singkat tentang tujuan
penelitian yang ingin dicapai dengan berdasarkan pada permasalahan yang
dikemukakan. Tujuan penelitian harus terjawab dalam kesimpulan hasil penelitian
f.
Manfaat Penelitian
Uraikan kontribusi hasil penelitian tentang
kualitas pembelajaran sehingga tampak manfaatnya bagi siswa, guru, maupun
komponen pendidikan di sekolah terkait. Kemukakan inovasi yang akan dihasilkan
dari penelitian.
c.
Kajian teori dan hipotesis tindakan
Pada bagian ini diuraikan landasan konseptual dalam arti teoritik
yang digunakan peneliti dalam menentukan alternatif pemecahan masalah. Sebagai
contoh, akan dilakukan PTK yang menerapkan model pembelajaran kontekstual
sebagai jenis tindakannya. Pada kajian pustaka harus jelas dapat dikemukakan:
a.
Kemukakan
secara lengkap berdasarkan teori dan temuan yang berkaitan dengan masalah yang
akan dipecahkan(misalnya tentang strategi pembelajaran resiprokal)
b.
Bagaimana
strategi pembelajaran resiprokal, apa yang spesifik dari strategi
tersebut, bagaimana persyaratannya,keunggulannya, bagaimana langkah-langkah
tindakan yang dilakukan dalam penerapan strategi tersebut pada pembelajaran.
c.
Bagaimana
peningkatan mutu proses pembelajaran dengan penerapan strategi tersebut dengan
perubahan yang diharapkan, atau terhadap masalah yang akan dipecahkan, sehingga
dapat memunculkan hipotesis tindakan.
d.
Metoda penelitian
Pada bagian ini uraikan setidaknya dengan sistematika berikut:
a.
Setting penelitian dan karakteristik subjek penelitian. Pada bagian ini
disebutkan di mana penelitian tersebut dilakukan, di kelas berapa dan bagaimana
karakteristik dari kelas subyek penelitian.
b.
Prosedur/siklus
penelitian. Pada bagian ini dijelaskan jumlah siklus yang akan dilakukan dan
berapa pertemuan tiap siklus. Diusahakan minimal dua siklus dan tiap siklus
minimal 3 pertemuan. Tiap siklus mengikuti tahapan PTK (perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi)
c.
Pengumpulan data. Pada bagian ini ditunjukan
dengan jelas jenis data dan cara pengumpulannya/instrumen yang akan digunakan.
d.
Indikator kinerja, pada bagian ini tolak ukur
keberhasilan tindakan perbaikan ditetapkan secara eksplisit.
e.
Jadwal kegiatan penelitian disusun dalam
matriks yang menggambarkan urutan kegiatan dari awal sampai akhir.
f.
Rencana
anggaran(diajukan untuk memperoleh sponsor)
g.
Data peneliti
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Apabila guru sudah merasa puas dengan siklus-siklus yang
dilakukan, langkah berikutnya menyusun laporan kegiatan. Proses penyusunan
laporan ini tidak akan dirasakan sulit apabila sejak awal guru sudah disiplin
mencatat apa saja yang sudah dilakukan. Untuk menyusun laporan penelitian
diperlukan pedoman penulisan yang dapat dipakai sebagai acuan para peneliti
pelaksana, sehingga tidak ditemukan adanya variasi bentuk. Di samping itu, juga
perlu disesuaikan dengan pedoman yang sudah ditetapkan Diknas dalam rangka
memenuhi persyaratan penulisan karya tulis ilmiah (KTI) dalam upaya
meningkatkan jabatan/ golongan melalui pengembangan profesi.Di bawah ini
disampaikan sistematika laporan PTK sebagai berikut.
a.
Bagian Awal
Bagian awal terdiri dari:
1.
Halaman Judul
2.
Halaman Pengesahan disertai tanggal pengesahan
3.
Abstrak
4.
Kata Pengantar disertai tanggal penyusunan
5.
Daftar Isi
b.
Bagian Isi
Bagian
isi memuat hal-hal sebagai berikut:
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan Masalah
D. Rumusan masalah
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A.
Kajian
Teori tentang Variabel Masalah
B.
Hasil
Penelitian yang Relevan
C.
Kerangka
Berfikir
D.
Hipotesis
Tindakan
BAB III Metode/METODOLOGI
Penelitian
A. Setting penelitian
B. Subjek penelitian
C. Sumber data
D. Teknik dan alat pengumpulan data
E. Validasi data
F.
Analisis
data
G. Indikator kinerja
H. Prosedur penelitian
BAB
IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Kondisi Awal
B. Deskripsi Siklus I
1.
Perencanaan
2.
Tindakan
3.
Hasil
Pengamatan
4.
Refleksi
C.
Deskripsi
Siklus 2 , Seperti pada Siklus 1, dst
D.
Pembahasan
Tiap Siklus dan Antar Siklus
E. Hasil Penelitian
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
B. Saran
C. Bagian Penunjang
DAFTAR PUSTAKA Memuat
semua sumber pustaka yang dirujuk dalam kajian teori yang digunakan
dalam semua bagian laporan, dengan sistem penulisan yang konsisten menurut
ketentuan yang berlaku. Lampiran-lampiran Berisi lampiran berupa
instrumen yang digunakan dalam penelitian, lembar jawaban dari
siswa, izin penelitian dan bukti lain yang dipandang penting.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian tindakan
yang dilakukan oleh guru dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di
kelasnya. Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang
terjadi di dalam kelas sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut
dapat dipecahkan melalui tindakan yang akan dilakukan. Manfaat PTK untuk menjalin kerja sama antar pendidik dan
meningkatkan semangat belajar peserta didik. Prinsip
yang perlu diperhatikan oleh guru (peneliti) dalam pelaksanaan PTK yaitu tidak mengganggu kegiatan lain dan tetap
berada pada norma yang berlaku. Langkah umum dalam PTK yaitu: Mengidentifikasi
dan merumuskan masalah, Manganalisis masalah, Pelaksanaan Tindakan, Pengamatan/Observasi
dan Pengumpulan Data, serta Refleksi. Penyusunan
proposal atau usulan penelitian merupakan langkah awal yang harus dilakukan
peneliti sebelum memulai kegiatan PTK. Proposal PTK dapat membantu memberi arah
pada peneliti agar mampu menekan kesalahan yang mungkin terjadi selama
penelitian berlangsung. Proposal PTK harus dibuat sistematis dan logis sehingga
dapat dijadikan pedoman yang mudah diikuti. Untuk
menyusun laporan penelitian diperlukan pedoman penulisan yang dapat dipakai
sebagai acuan para peneliti pelaksana, sehingga tidak ditemukan adanya variasi
bentuk. Di samping itu, juga perlu disesuaikan dengan pedoman yang sudah
ditetapkan Diknas dalam rangka memenuhi persyaratan penulisan karya tulis
ilmiah (KTI) dalam upaya meningkatkan jabatan/ golongan melalui pengembangan
profesi.
2. Saran
Agar
terlaksananya tujuan dari makalah ini, maka dari itu penyusun membutuhkan
kritik dan saran bagi pembaca sehingga terbentuklah makalah yang baik kelak.
Daftar
Pustaka
Supartinah.2009.“PENYUSUNAN
PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS”(http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/makalah-ptk-sentolo-2.pdf).
Diakses pada 29 April 2013
Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan
Kelas: Untuk Guru. Bandung: Yrama Widya.
Harun.2013.“ MAKALAH PENELITIAN TINDAKAN KELAS”.
(http://bacindul.blogspot.com/2012/07/makalah-penelitian-tindakan-kelas.html) Diakses pada 29 April 2013
______.2007.“PTK”(http://priandika075.wordpress.com/)
Diakses pada 29 April 2013
0 komentar:
Posting Komentar